Tuesday, March 3, 2009

Land in the Sky


Kemarin seperti biasa saya pulang tepat waktu. Begitu jam di komputer saya menunjukkan pukul 17:59, saya sudah membereskan tas dan siap beranjak. Pukul 18:05 kaki saya sudah menapak di atas angkot D10 yang melaju ke arah Pondok Labu. Tidak seperti biasanya, entah kenapa hari itu langit masih cukup terang. Saya duduk di dekat jendela (seperti biasa) untuk mendominasi hembusan angin yang masuk ke dalam angkot. Saya tidak peduli rambut saya tertiup ke depan dan jadi acak-acakan karena angin. Yang penting adem...hehehe...

Tak lama saya tiba di perhentian. Supir angkot memutar balik mobilnya untuk berhenti di pangkalan, dan di situlah saya turun. Setelah menyerahkan 3 lembar uang seribuan dan menerima sebuah logam 500 dari sang supir, saya berjalan sambil memasukkan uang logam tadi ke dalam kantong baju.

Namun tiba-tiba langkah saya terhenti. Di hadapan saya terhampar peman
dangan yang membuat saya terdiam.
Di atas, sekumpulan awan terhampar di tengah luasnya langit.
Tidak adanya gedung-gedung tinggi di kawasan itu membuat saya dapat menatap langit dengan leluasa. Gumpalan-gumpalan awan putih itu begitu kontras dengan birunya langit. Bercak-bercak jingga terlihat di tepi-tepi gumpalan awan. Dua buah pesawat kecil terbang melintas. Pesawat-pesawat itu semakin terlihat tidak berarti bilang dibandingkan dengan awan yang begitu besar. Kumpulan awan cumulonimbus itu terlihat begitu dekat dengan saya. Untuk sesaat khayalan saya langsung bermain. Nama 'Laputa' langsung muncul di otak saya. Saya langsung membayangkan bahwa ada kehidupan di atas sana. Di balik tebalnya awan itu, ada peradaban rahasia yang berkembang. Sebuah kota kecil yang selalu terombang-ambing terselubung awan tebal di tengah luasnya langit. Dan apabila saya memperhatikan lebih lama, mungkin, mungkin saja saya dapat melihat sesuatu.

Khayalan saya memang agak tinggi. Dan saya tipe orang yang cepat terpana. Sepertinya cukup lama saya menengadah dan memperhatikan gumpalan awan tersebut sambil larut dalam khayalan saya. Karena begitu saya sadar, beberapa supir ojek sudah memperhatikan saya. Entah karena mengincar saya seb
agai calon penumpang, atau beranggapan bahwa saya aneh.



1 comment:

  1. belakangan, mungkin banyak orang yang terlalu mikirin rutinitas, sampe-sampe jadi 'malu' untuk bersikap 'aneh'.
    semacam mandangin alam yang aih aih mempesona atau berusaha ngebersihin got.

    jadi, kurombol, banggalah dengan keanehan diri lo, ya.
    hahayyy...

    ReplyDelete